Rabu, 29 Agustus 2012

Met. Zat Gizi ; pencernaan dan penyerapan makanan di dalam tubuh serta beberapa gangguannya


Makanan harus mengalami berbagai perubahan di dalam saluran cerna hingga diperoleh bentuk – bentuk sederhana yang dapat diabsorpsi ke dalam darah untuk selanjutnya diangkat oleh darah atau limfe ke sel – sel tubuh. Perubahan – perubahan menjadi bentuk sederhana ini dilakukan melalui proses pencernaan di dalam saluran cerna.
Sistem pencernaan sendiri tidak dapat terlepas dari penyerapan (absorpsi) zat – zat gizi dari makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Untuk menggunakan nutrisi yang terkandung di dalam setiap bahan pangan tentu diperlukan proses penyerapan. Penyerapan sendiri terjadi di usus halus, saat makanan yang dikonsumsi telah melewati sistem pencernaan tersebut.
Tujuan dasar dari pencernaan dan absorpsi sendiri adalah untuk mengantarkan zat gizi esensial ke sel untuk kelangsungan hidup. Agar dapat memecah zat – zat gizi esensial tersebut, tubuh mengolah makanan melalui proses kimia dan mekanik dalam saluran cerna. Keberhasilan pencernaan dan absorpsi bergantung pada koordinasi fungsi otot dan saraf dinding saluran cerna, urgan saluran cerna, dan organ tambahan dalam pencernaan.
Pola makan dan pola pencernaan kita yang dimulai dari mengunyah makanan sangat berpengaruh pada keberhasilan sistem pencernaan dalam mencerna makanan. Tidak sedikit orang mengalami gangguan pencernaan karena pola makan yang kurang tertata serta sistem pencernaan yang kurang terjaga. Meskipun sepele, hal semacam itu sangat berpengaruh pada kesehatan pencernaan tubuh di kemudian hari. Semakin lama kita tidak melatih keteraturan pola makan dan pola pencernaan, maka semakin cepat kesehatan pencernaan kita akan terganggu. Akibat jangka panjangnya, sistem metabolisme di dalam tubuh juga akan terganggu.


A.    Pencernaan
Pencernaan makanan terjadi di dalam saluran cerna yang panjangnya 8 – 9 meter pada orang dewasa. Saluran cerna dimulai dari mulut, melalui esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan berakhir di anus (Almatsier ; 2009). Saluran cerna dapat dikatakan berada “di luar” tubuh. Zat – zat gizi yang berasal dari makanan harus melewati dinding saluran cerna agar dapat diabsorpsi ke dalam aliran darah.
Saluran cerna merupakan sistem yang sangat kompleks yang melakukan berbagai fungsi faali : menerima, menghaluskan, dan transportasi bahan – bahan yang dimakan; sekresi enzim cerna, asam, mukus, empedu, dan bahan lain; pencernaan bahan – bahan yang dimakan; absorpsi dan transportasi produk hasil cerna; serta transpor, penyimpanan dan ekskresi produk – produk sisa.
Pencernaan dilakikan melalui perubahan mekanis dan kimiawi. Secara mekanis, makanan dihancurkan melalui proses mengunyah dan proses peristaltik. Proses mengunyah memperluas permukaan makanan sehingga enzim pencernaan dapat bekerja lebih baik. Proses perisaltik yaitu proses mengaduk dan mendorong makanan yyang dimungkinkan oleh gerakan kontraksi dan relaksasi dinding saluran cerna sehingga makanan terdorong ke bawah, menambah penghancuran makanan dalam bentuk lebih kecil dan mengaduknya dengan sekresi pencernaan.
Secara kimiawi makanan dihancurkan oleh enzim – enzim pencernaan. Enzim – enzim ini dikluarkan melalui air ludah ke mulut, melalui cairan lambung ke dalam lambung dan melalui cairan usus halus ke dalam usus halus. Di samping itu cairan empedu yang dikeluarkan oleh kantong empedu membantu pencernaan dan absorpsi di dalam sel – sel usus halus. Asam klorida di dalam lambung juga membantu pencernaan.
1.      Anatomi saluran cerna (almatsier; 2009)
a.      Mulut
Proses pencernaan dimulai dari mulut. Saat terjadi proses pengunyahan makanan, gigi memecah makanan menjadi bagian – bagian yang lebih kecil, dan makanan tersebut bercampur dengan air ludah untuk mempermudah proses penelanan. Saat ditelan, makanan melewati epiglotis, suatu katup yang mencegah makanan masuk melalui trakea menuju paru – paru. Makanan yang ditelan disebut dengan bolus.

b.      Esofagus ke lambung
Dari mulut, bolus melalui pipa esofagus masuk ke lambung. Dinding lambung mengeluarkan sekresi untuk keperluan pencernaan makanan. Pada pintu lambung ada sfingter kardiak yang menutup setelah bolus masuk, sehingga makanan tidak kembali masuk ke esofagus. Bolus dalam lambung bercampur dengan cairan lambung dan digiling halus menjadi cairan yang dinamakan kimus (chyme). Lambung kemudian sedikit demi sedikit menyalurkan kimus melalui sfingter pilorus ke dalam usus halus, setelah sfingter pilorus menutup.
c.       Usus halus
Pada bagian atas usus halus, kimus melewati lubang saluran empedu. Cairan empedu dapat menetes dari dua alat, yaitu kantong empedu dan pankreas. Kimus kemudian melalui tiga bagian dari usus halus: duodenum (usus dua belas jari, jejunum (bagian usus halus sesudah duodenum sampai ke ileum), dan ileum (ujung usus halus), yang panjangnya kurang lebih 6 meter. Sebagian besar pencernaan diselesaikan di doudenum; jejunum dan ileum terutama berfungsi mengabsorpsi zat – zat gizi.
d.      Usus besar
Kimus melalui sfingter lain, yaitu katup ileosekal yang berada pada awal usus besar di bagian kanan perut. Kimus kemudian melewati lubang lain yang menuju ke apendiks (usus buntu) dan berjalan melalui usus besar naik (ascending colon), ke usus besar melintang (transverse colon) dan ke usus besar turun (descending colon) ke dalam rektum.
e.       Rektum
Saat kimus melalui usus besar dan menuju ke rektum, air dikeluarkan dari kimus sehingga terdapat sisa yang semi-padat. Otot – otot rektum menahan sisa makanan ini hingga saatnya untuk dikeluarkan dari tubuh. Pada saat itu, otot rektum mengendor dan sisa makanan keluar melalui sfingter terakhir, yaitu terbukanya anus.

2.      Proses pencernaan
a.      Peristaltik
Bolus dari ujung esofagus bergerak dengan gerakan peristaltik, yaitu gerakan bergelombang yang disebabkan oleh kontraksi otot pada dinding saluran cerna yang mendorong makanan di sepanjang saluran cerna. Gerakan – gerakan ini dilakukan oleh otot – otot yang melingkar dan yang memanjang. Saat otot melingkar berkontraksi, otot memanjang akan relaksasi, dan saluran mengecil. Sedangkan, pada kondisi yang berlawanan, saluran akan membesar.
b.      Proses di dalam lambung
Lambung memiliki dinding paling tebal dan otot paling kuat dibandingkan dengan bagian pencernaan lainnya. Lambung juga memiliki lapisan otot diagonal yang secara bergantian melakukan kontraksi dan relaksasi. Saat ketiga otot tersebut menekan kimus ke bawah, sfingter pilorus tetap tertutup rapat untuk mencegah kimus masuk ke doudenum. Hal ini berakibat kimus diaduk dan ditekan ke bawah, mengenai sfingter pirolus, tetapi tetap berada di lambung.  
c.       Segmentasi
Alat pencernaan tidak saja mendorong, akan tetapi secara periodik juga memeras isisnya sepanjang saluran, sehingga memungkinkan getah pencernaan dan sel – sel dinding usus bersentuhan baik dengan saluran cerna.
d.      Kontraksi sfingter
Ada empat jenis otot sfingter yang membagi saluran cerna ke dalam  bagian – bagian utama. Otot – otot ini mencegah terjadinya arus balik isi saluran cerna. Sfingter kardiak mencegah isi lambung kembali ke esofagus. Sfingter pirolus mencegah isi usus kembali ke lambung dan menjaga agar bolus tinggal cukup lama di dalam lambung untuk memungkinkan pencampuran yang baik dengan getah lambung dan menjadikannya lebih halus. Pada ujung usus halus ada sfingter ileosekal yang berfungsi mengosongkan isi usus halus ke dalam usus besar.

3.      Gangguan kesehatan saluran pencernaan
Sistem pencernaan yang tidak sesuai / tidak terkontrol dengan baik, dapat berdampak buruk pada kesehatan alat pencernaan di dalam tubuh. Efeknya, dapat mengakibatkan munculnya gangguan pada sistem pencernaan tubuh. Beberapa gangguan – gangguan pencernaan menurut Anderson, 2001 :


a.      Gigi busuk dan napas berbau
Salah satu munculnya napas berbau ialah keadaan gigi yang kurang diperhatikan. Gigi yang membusuk dapat menjadi faktor dari munculnya napas yang berbau. Pembusukan pada akar – akar gigi mengakibatkan abses di dalam gusi dengan nanah yang busuk baunya, sehingga napas yang keluarpun beraroma tidak sedap.
Selain itu, bau busuk yang timbul juga dapat disebabkan karena kuman – kuman pembusuk yang berada di dalam lubang – lubang tak kasat mata yang berada di dalam gigi.
Napas yang tidak sedap juga dapat disebabkan karena lambung mengalami peradangan, sehingga makanan kurang dicernakan dengan sempurna.
b.      Kesulitan untuk menelan
Suatu tumor, seperti pada kelenjar gondok yang mudah menjadi besar, atau gondok nadi pada aorta, ataupun kanker, dapat mengganggu proses menelan yang normal. Gumpalan makanan sering menyumbat saluran makanan sehingga harus dikeluarkan melalui sebuah pembuluh panjang yang disebut oesophagoscope. Kesulitan menelan kadang – kadang terjadi sesudah menderita penyakit tertentu seperti polio, diphtheria, syphilis, atau bermacam – macam bentuk keracunan, ketagihan minuman keras, histeria, dan adanya gangguan pikiran.
c.       Gangguan pencernaan (Indigesto)
Orang yang menderita gangguan pencernaan mengeluh karena menderita banyak penyakit, seperti perasaan mual, nyeri ulu hati, sakit perut bagian atas, dan perut gembung, atau merasa kepenuhan di dalam perut sesudah makan. Perasaan tidak enak ini sering timbul karena makan terlalu cepat atau karena makanan tidak dikunyah dengan baik. Kesulitan kadang – kadang disebabkan oleh kurangnya gigi. Gangguan – gangguan emosi dan ketegangan pikiran yang hebat juga menjadi sebab – sebab yang biasa untuk rasa perut gembung dan gangguan pencernaan.
d.      Gastritis
Gastritis adalah peradangan pada selaput lendir lambung. Penyakit ini menyebabkan timbul keluhan – keluhan seperti nyeri, hilang nafsu makan, mual, muntah – muntah, sakit kepala, dan pening. Penyakit ini kadang – kadang terjadi sesudah penyakit campak, diphtheria, radang paru – paru oleh virus, dan thypus abdominalis.
e.       Ulcus Peptikum
Ulcus peptikum adalah penyakit berbentuk borok atau erosi pada selaput lendir yang melapisi semua saluran pencernaan. Penyakit ini lebih sering terjadi di dalam lambung, usus 12 jari, maupun ujung bawah kerongkongan. Penyakit ini sering terjadi pada orang dengan kandungan HCl di dalam lambungnya tinggi.
f.       Diare
Apabila kimus dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.
g.      Konstipasi (sembelit)
Sembelit terjadi jika kimus masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan banyak mengkonsumsi daging.
h.      Tukak lambung
Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.
      
B.     Absorpsi
1.      Anatomi sistem absorpsi
Absorpsi zat – zat gizi terutama terjadi pada permukaan usus halus. Usus halus yang panjangnya kurang lebih enam meter dan diameter kurang lebih 2,5 cm, mempunyai luas permukaan 200 m2. Usus halus berbentuk lipatan – lipatan. Tiap lipatan memiliki ribuan jonjot – jonjot yang dinamakan vili. Sebuah vili terdiri atas ratusan sel yang masing – masing mempunyai bulu yang sangat halus, dinamakan mikrovili. Di dalam celah – celah antar vili terdapat kripta – kripta berupa kelenjar yang mengeluarkan getah – getah usus ke dalam saluran usus halus. 
2.      Sistem absorpsi
Vili secara terus – menerus dalam keadaan bergerak. Tiap vilus dilapisi oleh lapisan otot yang sangat tipis. Tiap molekul zat gizi yang ukurannya cukup kecil untuk diserap, terjadi di dalam mikrovili dan diserap ke dalam sel. Pada tiap vili terdapat pembuluh – pembuluh darah dan pembuluh – pembuluh limfe yang berasal dari sistem peredaran darah dan sistem limfe, yang merupakan sistem transportasi zat – zat gizi.
Saluran cerna bekerja secara selektif. Bahan yang dibutuhkan tubuh dipecah dalam bentuk yang dapat diserap dan diangkut ke seluruh tubuh, dan bahan yang tidak digunakan dikeluarkan dari tubuh.  
3.      Cara absorpsi
Absorpsi merupakan proses yang sangat kompleks dan menggunakan empat cara : pasif, fasilitatif, aktif, dan fagositotis.
Absorpsi pasif trejadi bila zat gizi diabsorpsi tanpa menggunakan alat angkut atau energi. Absorpsi fasilitatif menggunakan alat angkut protein untuk memindahkan zat gizi dari saluran cerna ke sel yang mengabsorpsi. Absorpsi aktif menggunakan alat angkut protein dan energi.

C.    Pengaturan pencernaan dan absorpsi
Proses pencernaan dan absorpsi berlangsung dengan cara sangat terkoordinasi. Struktur saluran cerna dan cara kerjanya memungkinkan pemecahan makanan menjadi unit – unit sangat halus dan pengantaran produknya ke seluruh tubuh.
1.      Hormon – hormon saluran cerna dan sistem saraf
Ada dua sistem yang mengatur sistem pencernaan dan penyerapan, yaitu sistem hormon dan sistem saraf. Isi saluran cerna merangsang atau menghambat sekresi pencernaan dengan memberi pesan yang disampaikan hormon dan sistem saraf dari satu bagian cerna ke bagian lain. Pengaturannya dilakukan melalui mekanisme umpan balik. 
2.      Pengaturan pH lambung
Pemeliharan pH lambung antara 1,5 – 1,7 dilakukn oleh hormon gastrin yang dikeluarkan oleh sel – sel dinding lambung. Masuknya makanan ke dalam lambung merangsang sel – sel pada dinding lambung untuk mengeluarkan gastrin. Gastrin merangsang sel – sel kelenjar lambung lain untuk mengeluarkan cairan hidroklorida. Bila pH mencapai 1,5 asam klorida menghentikan pengeluaran gastrin, sehingga produksi hidroklorida ikut terhenti, dan lambung tidak menjadi terlalu asam.
Pengaturan lain adalah reseptor saraf di dalam dinding lambung. Reseptor ini bereaksi terhadap kehadiran makanan dengan cara merangsang kelenjar lambung untuk mengeluarkan cairannya dan otot untuk melakukan kontraksi. Pada saat lambung mengosongkan diri, reseptor tidak lagi terangsang, pengeluaran cairan lambung diperlambat  dan kontraksi lambung diperlambat.  
3.      Pengaturan pembukaan sfingter pilorus
Pengaturan pembukaan dan penutupan sfingter pilorus dilakukan sebagai berikut : bila sfingter pilorus relaksasi, kimus yang bersifat asam masuk dari lambung ke usus halus. Keasaman yang ditimbulkan berakibat pada penutupan sfingter dengan rapat. Masuknya bikarbonat dari pankreas yang menjadikan medium di sekitar sfingter menjadi basa, membuat otot sfingter kembali relaksasi.


Saluran pencernaan sangat peka terhadap kondisi lingkungan. Hal ini banyak dipengaruhi oleh faktor – faktor gaya hidup, seperti tidur, istirahat, aktivitas fisik, dan keadaan emosional. Tidur dan istirahat dapat menjadi salah satu cara untuk pemeliharaan dan perbaikan jaringan – jaringan, serta pengeluaran sisa – sisa yang dapat mengganggu fungsi saluran cerna. Aktivitas fisik berpengaruh pada kekencangan otot saluaran cerna, sedangkan keadaan mental berpengaruh pada aktivitas hormon dan urat saraf yang mempengaruhi pencernaan dan absorpsi. Pada saat makan, dibiasakan makan dengan tenang dan rileks untuk mrmbantu proses pencernaan supaya tetap mampu menghsilkan hormon – hormon secara maksimal dan proses mencerna berjalan dengan lancar.
Faktor lain yang juga mempengaruhi pencernaan dan absorpsi adalah jenis makanan yang dikonsumsi. Makanan yang dikonsumsi harus seimbang, beragam, dan berkecukupan.
Dengan pengaturan pola hidup yang baik, resiko terkena gangguan sistem pencernaan akan semakin rendah.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anderson, Clifford R. 2001. Petunjuk Modern Kepada Kesehatan. Bandung: Indonesia Publishing House.

1 komentar:

  1. kita juga punya nih jurnal mengenai Zat Gizi silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
    http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2955/1/Klasifikasi%20Status%20Gizi%20Balita

    %20Berdasarkan%20Indeks%20Antropometri%20(BBU)%20Menggunakan%20Jaringan%20Syaraf%20Tiruan.pdf

    BalasHapus